Rabu, 19 Mei 2010

Epistimologi Ilmu Pengetahuan Prespektif Barat

Epistimologi Ilmu Pengetahuan Prespektif Barat Makalah ini disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Filsafat Ilmu Dosen Pengampu: H. Aunur Rofiq, Lc,. M.Ag,. Ph.D Oleh: Moh.Bambang Hertanto (09510107) Mochammad Mirza (09510108) Badrul Hisyam (09510105) Defri Yoga Ananta (09510101) JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2010 DAFTAR ISI Daftar Isi Kata Pengantar BAB I PENDAHULUAN 1.Latar Belakang 1.2 Rumusan masalah 1.3 Tujuan BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Ilmu Pengetahuan B. Pengertian Epistemologi C. Epistimologi Ilmu Pengetahuan Prespektif Barat BAB III KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA KATA PENGANTAR بسم الله الرحمن الرحيم Puja dan puji syukur akan selalu tetep tercurah limpahkan kepada sang khalik (Allah AWT), yang telah memberikan limpahan kenikmatan yang tidak akan pernah dapat terhitung banyaknya. Serta limpahan rahmat, taufiq dan hidayah Nya. Yang mana telah memberikan kelancaran bagi kelompok kami untuk menyusun makalah dengan temakan “Epistimologi Ilmu Pengetahuan Prespektif Barat” sebagai tugas mata kuliah Filsafat Ilmu Shalawat serta salam akan tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, yang telah mengajarkan syariat islam kepada kita semua, sehingga kita tidak lagi terjerumus kelembah kelamnya dunia ini, dan beliulah yang telanh memberikan sinar cahaya untuk menerangi serta mengusir kegelapan didunia ini. Serta ucapan banyak terimakasih saya untuk dosen pengampu mata kuliah Filsafat Ilmu Bapak H. Aunur Rofiq, Lc,. M.Ag,. Ph.D yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan. Semoga apa yang kami tulis dalam tugas Makalah ini akan sangat bisa memberi manfa’at kepada kelompok kami serta kepada para pembaca yang budiman. Kamipun sangat menyadari, bahwa apa yang kami tulis dalam Makalah ini, masih terdapat banyak kesalahan serta kekuranganya. Oleh karena itu, kami berharap dengan sangat, kritik dan sarannya dari para pembaca yang budiman untuk menyempurnakan tulisan ini Malang, 07 Mei 2010 Penulis BAB I PENDAHULUAN 1.Latar Belakang. Dewasa ini Epistimologi Ilmu Pengetahuan Prespektif Barat , merak diperbincangkan di kalangan Masyarakat terutama para Mahasiswa, memang pada dasarnya kita mengetahui bagaimana Epistemologi atau teori pengetahuan adalah cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan linkup pengetahuan, pengandaian-pengandaian dan dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki. Dalam epistemologi ini kami akan diterangkan berbagai ilmu yang mempunyai pengaruh besar dalam kehidupan manusia, mulai dari ilmu sejak dalam dahulu sampai dengan masa moren ini. Maka dari itu makalah ini disusun untuk megkaji lebih mendalam tentang Epistimologi Ilmu Pengetahuan Prespektif Barat. serta didukung dengan beberapa pendapat yang menjadi landasan pola fikir Mahasiswa. 2.Rumusan Masalah. 1.Bagaimana Pengertian Ilmu Pengetahuan 2.Bagaimana Pengertian Epistemologi 3.Bagaimana Epistimologi Ilmu Pengetahuan Prespektif Barat 3.Tujuan. 1.Untuk Mengetahui Pengertian Ilmu Pengetahuan 2.Untuk Mengetahui Pengertian Epistemologi 3.Untuk Mengetahui Epistimologi Ilmu Pengetahuan Prespektif Barat BAB II PEMBAHASAN A.Pengertian Ilmu Pengetahuan Pengertian ilmu dalam pengertian klasik dipahami sebagai pengetahuan tentang sebab-akibat atau asal-usul. Istilah pengetahuan biasanya dilawankan dengan pengertian opini, sedang istilah sebab (Causa) diambil dari kata yunani “aitia”, yakni prinsip pertama. Setiap aktivitas ilmiah tentu bertolak dari konsep, karena konsep merupakan sebuah stuktur pemikiran. Dan setiap pembentukan konsep selalu terkait dengan empat komponen, yaitu, Kenyataan, teori, kata-kata, dan pemikiran. Kenyataan (reality) hanya akan merupakan sebuah misteri manakala tidak diungkapkan kedalam bahasa. Teori merupakan tingkat pengertian tentang suatu yang sudah teruji, sehingga dapat dipakai sebagai titik tolak bagi pemehaman hal lain. kata-kata merupakan cerminan ide-ide yang sudah diverbalisasikan. Pemikiran merupakan produk akal manusia yang diekpresikan kedalam bahasa. Kesemuanya itu akan membentuk pengertian pada diri manusia, pengertian ini dinamakan konsep. Bagan pembentuk konsep adalah sebagai berikut : Goston bachelard, menyatakan bahwa ilmu pengetahuan adalah suatu produk pemikiran manusia yang sekaligus menyesuaikan antara hukum-hukum pemikiran dalam dunia luar. Atau dengan kata lain ilmu pengetahuan mengandung dua ospek, yaitu subjektif dan objektif, sekaligus memerlukan kesamaan diantara keduanya. Oleh karena itu sesungguhnya manusia tidak mungkin mengubah hukum-hukum alam semesta. Dengan adanya dua aspek tersebut Subjektif dan objektif melahirkan dua pandangan yang berbeda dalam epistimologi yaitu : 1.Pandngan Rasionalisme yang memendang bahwa hukum alam itu direflesikan kedalam hukum-hukum pemikiran, lebih memihak pada sikap subjektif. Hal ini dapat dikatakan senada dengan pernyataan Hegel yang berbunyi “semua yang resional adalah real” 2.Pandangan Realisme Universal yang memandang bahwa hukum-hukum pemikiran secara mutlak mencontoh hukum-hukum pemikiran. Daoed Josoef, menujukan bahwa pengertian ilmu ada tiga hal, yaitu: produk-produk, proses, dan masyarakat. Ilmu pengetahuan sebagai produk yaitu pengetahuan yang telah diketahui dan diakui. Kebenaran oleh masyarakat ilmuan. Pengetahuan ilmuan adalah hal ini terbatas pada kenyataan yang mengandung kemungkinan untuk disepakati dan terbuka untuk diteliti, di uji dan dibantah oleh seorang ilmuan bahwa ilmu pengetahuan sebagai proses artinya kegiatan kemasyarakatan yang dilakukan demi penemuan dan pemahaman dunia alami sebagaimana adanya, bukan sebagaimana yang kita kehendaki. Metode ilmiah yang khas dipakai dalam proses ini adalah analisisrasional, objektif, sejauh mungkin “impersonal” dari masalah-masalah yang didasarkan pada percobaan dan data yang diamati. Van Melsem, beberapa ciri yang menandai ilmu yaitu: (1) ilmu pengetahuan secara metodis harus mencapai suatu keseluruan secara logis koheren. Itu berarti adanya sistemdalam penelitian (metode) maupun harus (susunan logis). (2) Ilmu pengetahuan tanpa pamrih, karena hal itu erat kaitannya dengan tanggung jawab ilmuwan. (3) Universitas Ilmu Pengetahuan. (4) objektivitas, artinya seatiap ilmu terpimpin oleh objek dan tidak didistorsi oleh prasangka-prasangka subjektif. (5) ilmu pengetahuan harus dapat diferivikasi oleh semua peneliti ilmiah yang bersangkutan, karena itu ilmu pengetahuan harus dapat dikomunikasikan.1 B.Pengertian Epistemologi Epistemologi atau teori pengetahuan adalah cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan linkup pengetahuan, pengandaian-pengandaian dan dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki. Mula-mula manusia percaya bahwa dengan kekuasaan pengenalannya ia dapat mencapai realitas sebagaimana adanya para filosof pra Sokrates, yaitu filosof pertama di alam tradisi Barat, tidak memberikan perhatian pada cabang filsafat ini sebab mereka memusatkan perhatian, terutama pada alam dan kemungkinan perubahan, sehingga mereka kerap dijuluki filosof alam. Metode ernpiris yang tela:n dibuka oleh Aristoteles mendapat sambutan yang besar pada Zaman Renaisans dengan tokoh utamanya Francis Bacon (1561-1626). Dua di antara karya-karyanya yang menonjol adalah The Advancement of Learning dan Novum Organum (organum baru). Fisafat Bacon mempunyai peran penting dalam metode Irrduksi dan sistematis menurut dasar filsafatnya sepenuhnya bersifat praktis, yaitu untuk memberi kekuasaan pada manusia atas alam melalui peyelidikan ilmiah. mam. Karena itu usaha yang ia lakukan pertama kali adalah menegaskan tujuan pengetahuan. Menurutnya, pengetahuan tidak akan mengalami perkembangan, dan tidak akan bermakna kecuali ia mernpunyai kekuatan yang dapat membantu meraih kehidupan yang lebih baik. Sikap khas Bacon mengenai ciri dan tugas filsafat tampak paling mencolok dalam Novum Organum. Pengetahuan dan kuasa manusia satu sama lain, menurutnya alam tidak dapat dikuasai kecuali dengan jalan menaatinya, agar dapat taat pada alam. Manusia perlu mengenalnya terlebih dahuku dan untuk mengetahui alam diperlukan observasi. Pengetahuan, penjelasan. dan pembuktian. Umat manusia ingin menguasai alam tetapi menurut Bacon, keinginan itu tidak tercapai sampai pada zamannya hidup, hal ini karena ilmu-imu pengetahuan berdaya guna dalam mencapai hasilnya, sementara logika tidak dapat digunakan untuk mendirikan dan membangun ilmu pengetanuan. Bahkan, Bacon meganggap logika lebih cocok untuk melestarikan kesalahan dan kesesatan yang ada ketimbang mengejar menentukan kebenaran2. Ada lima metode dalam epistimologi yaitu: 1.Metode Induktif Induksi yaitu suatu metode yang menyimpulkan pernyataan pernyataan hasil observasi dalam suatu pernyataan yang lebih umum dan menurut suatu pandangan yang luas diterima, ilmu-ilrnu empiris ditandai oleh metode induktif, disebut induktif bila bertolak dari pernyataan tunggal seperti gambaran mengenai hasil pengamatan dan penelitian orang sampai pada pernyataan pernyataan universal. David Hume telah membangkitkan pertanyaan mengenai induksi yang membingungkan para filosof dari zamannya sampai sekarang. Menurut Hume, pernyataan yang berda observasi tunggal betapapun besar jumlahnya, secara logis tak dapat menghasilkan suatu pernyataan umum yang tak terbatas. dalam induksi setelah diperoleh pengetahuan, maka akan dipergunakan ha-hal lain, seperti ilmu mengajarkan kita bahwa kalau logam dipanasi juga akan mengembang, bertotak dari teori ini kita tahu bahwa logam lain yang kalau dipanasi juga akan mengambang. Dari contoh di atas bisa diketahui bahwa induksi tersebut memberikan suatu pengetahuan yang disebut juga dengn pengetahuan sintetik. 2. Metode Deduktif Deduksi adalah suatu metode yang menyimpan bahwa data -data empirik diolah lebih lanjut dalam suatu sistem pernyataan yang harus ada dalam metode deduktif ialah adanya perbandingan logis antara kesimpulan-kesimpulan itu sendiri. Ada bentuk logis teori itu dengan tujuan apakah teori tersebut mempunyai sifat empiris atau ilmiah, ada perbandingan dengan teori-teori lain dan ada pengujian teori dengan jalan rnenerapkan secara empiris kesimpulan-kesimpulan yang bisa ditarik dari teori tersebut. Popper tidak pernah menganggap bahwa kita dapat membuktikan kebenaran teori-teori dari kebenaran pernyataan-pernyataan yang bersifat tunggal. Tidak pernah dia menganggap bahwa berkat kesimpulan-kesimpulan yang telah diverifikasikan teori ini dapat dikukuhkan sebagai benar atau bahkan hanya mungkin benar, sebagai contoh, harga akan turun. Karena penurunan beras besar. maka harga beras akan turun. 3. Metode Positivisme Metode ini dikeluarkan oleh August Comte. Metode ini berpangkal dari apa yang diketahui yang faktual yang positif. Dia menyampingkan segala uraian persoalan di luar yang ada sebagai fakta oleh karena itu, ia menolak metafisika yang diketahui positif, adalah segala yang nampak dan segala efode ini dalam bidang filsafat dan ilmu pengetahuan diatasi kepada bidang gejala-gejala sajaa. Menurut Comte, Perkembangan pemikiran manusia ber langsung dalam tiga tahap teologis metafisis, dan positif. Pada tahap teologis, orang berkeyakinan bahwa dibalik segala sesuatu hehendak khusus. Pada tahap metafisik, kekuatan itu diubah menjadi kekuatan yang abstrak, yang dipersatukan dalam pengertian yang bersifat umum yang disebut alam dan dipandangnya sebagai asal dari segala gejala. Pada tahap ini usaha mencapai pengenalan yang mutlak, baik pengetahuan teologis ataupun metafisis dhpandang tak bergama, menurutnya, tidaklah berguna melacak asal dari tujuan akhir seluruh alam melacak hakikat yang sejak dari segala sesuatu. Yang penting adalah menemukan hukum-hukum kesamaan dan urutan yang terdapat pada fakta-fakta dengan pengamatan dan penggunaan akal. 4. Metode Kontemplatif Metode ini mengatakan adanya keterbatasan indera dan manusia untuk memperoleh pengetahuan, sehingga objek yang dihasilkanpun akan berbeda-beda seharusnya dikembangkan suatu kemampuan akal yang disebut dengan intuisi. Pengetahuan yang lewat ini bisa diperoleh dengan cara seperti yang dilakukan Imam Al-Ghazali. intuisi dalam tasawuf disebut dengan ma'rifah yaitu penge tahuan yang datang dari Tuhan melalui pencerahan dan penyiaran Al-Ghazali menerangkan bahwa pengetahuan intuisi atau malimpah yang disinarkan oleh Allah secara langsung merupakan pengetahuan yang paling benar. Pengetahuan yang diperolieh lewat intuisi ini hanya bersifa: individual dar tidak bisa dipergunakan untuk mencari keuntungan seperti ilmu pengetahuan yang dewasa ini bila dikomersilkan. 5. Metode Dialektis Dalam filsafat, dialektika mula-mula berarti metode tanya jaujab untuk mencapai kejernihan filsafat. Metode ini diajarkan oleh Socrates. Namun Pidato mengartikannya diskusi logika. Kini dialekta berarti tahap logika, yang mengajarkan kaidah-kaidah dan metode-metode penuturan, juga analisis sistematik tentang ide-ide untuk mencapai apa yang terkandung dalam dan metode peraturan, juga analisis sistematika tentang ide mencapai apa yang terkandung dalam pandangannya. Dalam kehidupan sehari-hari diaektika berarti kecakapan untuk melakukan perdebatan. Dalam teori pengetahuan ini merupakan bentuk pemikiran yang tidak terasa dan satu pikiran tetapi pemikiran itu seperti dalam percakapan. bertekak paling kurang dua kutub. Hegel menggunakan metode dialektis untuk menjelaskan filsafatnya, lebih luas dari itu. Menurut Hegel dalam realitas ini berlangsung dialektika. Dan dialektika di sini berarti hal-hal yang berlainan seperti : 1. Diktator. Di sini manusia diatur dengan baik, tapi eka tidak punya kebebasan (tesis). 2. Keadaan di atas menamakan lainnya yaitu negara anarki (anti tesis) dan negara-negara tanpa batas, tetapi hidup dalam, kekacauan. 3. Tesis dan anti tesis ini disintesis yaitu, negara demokrasi. Dalam bentuk ini kebebasan warga negara dibatasi oleh undang-undang dan hidup masyarakat tidak kacau.3 Perkembangan Ilmu Pada masa Modern dan Kontemporer secara Epistemologis sebagai ciri yang patut mendapat perhatian dalam epistemologis pembangan ilmu pada masa modern adalah munculnya pandangan baru mengenai ilmu pengetahuan. Pandangan itu merupakan kritik terhadap pandangan Aristoteles.4 Pada abad-abad berikutnya bahwa kemajuan yang dicapai oleh pengetahuan manusia khususnya ilmu-ilmu alam, akan membawa perkembangan manusia pada masa depan yang semakin gemilarg dan makmur sebagai akibatnya, ilmu pengetahuan masa modern sangat mempengaruhi dan menrubah manusia dan dunianya. Terjadilah Revolusi Industri I sekitar tahurn 1900 dengan pemakaian mesin-mesin mekanis lalu Revolusi Industri II (mulai sekitar tahun 1900 dengan pemakaian listrik dan titak awal pemakaian sinar-sinar, dan kemudian Revolusi III yang ditandai dengan penggunaan kegiatan alam dengan penggunaan komputer yang sedang kita saksikan dewasa ini. Dengan demikian adanya perubahan pandangan tentang ilmu pengetahuan mempiunyai peran pentang dalaram membentuk peradaban dan kebudayaan manusia, dan dengan itu pula dampaknya, muncul semacam kecenderungan yarng pada jantung setiap ilmu pengetahuan juga para ilmuwan untuk lebih berinovasi untuk berikutnya. Kecenderungan yang lain ialah adancra hasrat un$uk, selalu menerapkan apa yang difiasilkan oleh pengetahuan, baik dalam dunia teknik mikro maupun makro. Dengan demikian tampaklah bahwa semakin maju pengetahuan, semakin meningkat keinginan manusia, sampai memaksa, dan membabi buta. Akibatnya ilmu pengetahuan dan hasilnya menjadi tidak manusiawi lagi, bahkan cenderung memperbudak manusia sendiri yang telah merencanakan dan menghasilkannya. Kedua kecenderungan ini secara nyata paling rnenampakkan din dan paling mengancarn keamanan dan kehidupan manusia dalam bidang lomba persenjataan, dalam memakai senjata menghabiskan banyak kenyamana bumi yang tidak dapat diperbaharui kembali. Pengetahuan dan teknologi modern sebab-sebab yang menimbulkan krisis-krisis di atas ialah kesat dan pistemologi yang mendasari ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Dalam hubungan ini banyak orang bahwa telah mulai berbagi sebagai akibat kesalahan epistemologi Barat. Ini semua dari insektisida sampai polusi, jarahan radioaktif dan kemungkinan mencairnya es di antartika. Metode ini amat dominan dalam epistemologi modern. khususnya dalam metode keilmuan, ketiga objek yang dikaji adalah realitas, empirs, inderawi, dan dapat dipikirkan dengan rasio. Dalam kaitan ini, Herman Khan menyebutkan budaya yang dihasilkan dari epistemologi di atas adalah budaya inderawi yaitu budaya yang bersifat empiris, duniawi, sekular, tentang tujuan ilmu pengetahuan dalam ilmu pengetahuan Modern ialah bahwa ilmu pengetahuan bertujuan menundukkan alam dipandan sebagai sesuatu untuk dimanfaatkan dan dinikmati semaksimal mungkin. Dalam hubungan ini Nasr Mengemukakan bahwa akibat yang akan terjadi dari pandangan alam diperlakukan oleh manusia modern seperti mengambil manfaat dan kepuasan carinya tanpa rasa keceqa dan tanggung jawab apa pun. Lebih lanjut, Nasr mengritik ilmu pengetahuan modern bahwa ilmu modern mereduksi seluruh esensi metafisik, kepada material dan substansial. Dengan demikian, dunia metafisis nyaris sirna. Kalaupun ada, megafisik mereduksi menjadi filsafat rasional yang selanjutnya sekedar pelengkap ilmu pengetahuan alam dan matematika. Bahkan kosmologi diturunkan derazatnya dengan memandangnya hanya semacam superstisi dengan pandangannya itu, getahuan Modern mernyingkir pergetahuar, kosmologi dan rencana pada hal menurut Nasr kosmologi adalah ilmu sakral, yang menjelaskan kaitan materi dengan wahyu dan doktrin metafisis. Dalam bidang filsafat, Descartes mewariskan suatu metode berpikir yang menjadi landasan berpikir dalam ilmu pengee tahuan modern. Langkah-langkah tersebut adalah : 1. Tidak menerirna apa pun sebagai hal yang benar, kalau diyakini sendiri bahwa itu memang benar. 2. Memilah-milah masalah menjadi bagian-bagian terkecil mempermudah penyelesaian. 3. Berpikir untuk dengan mulai dari hal yang sederhana sedikit untuk mencapai ke hal yang paling rumit. Sedangkan perkembangan ilmu pengetahuan di zaman kontemporer ditandai dengan berbagai teknologi dan informasi termasuk salah satu yang rnengalami kemajuan yang mulai dari penemua komputer, satelit, komunikasi, internet, dan lain-lain. Manusia dewasa ini mobilitas yang begitu tinggi, karena pengaruh teknologi komunika Informasi. Bidang ilmu lain juga mengalami kemajuan pesat, sehingga terjadi spesialisasi-spesialisasi ilmu yang semakin tajam. Ilmuwan kontemporer mengetahui hal yang sedikit tetapi secara mendalam ilmu kedokteran pun semakin menajam. Spesialis dan subspesialis demikian bidang-bidang ilmu Lain di samping kecenderungan lain adalah sintesis antara bidang ilmu satu dengan lainnya, sehingga dihasilkannya bidang ilmu baru seperti bioteknologi dan psikolinguistik.5 C.Epistimologi Ilmu Pengetahuan Prespektif Barat Prinsip-prinsip Metodologi Metodologi merupakan bagian epistimologi yang mengkaji perihal urutan langkah-langkah yang ditempuh supaya pengetahuan yang diperoleh memenuhi cirri-ciri ilmiah. Metodologi juga dapat dipandang sebagai bagian dari logika yang mengkaji kaidah penalaran yang tepat. Manakala kita membicarakan metodologi, maka bagian yang tak kalah pentingnya adalah asumsi-asumsi yang melatarbelakangi berbagai metode yang dipergunakan dalam aktivitas ilmiah. Filusuf-filusuf yang paling banyak menaruh perhatian terhadap persoalan penting di balik metodologis atau prinsip-prinsip metotologi, yaitu Descarter, Ayer, dan Popper. Ketiga pandangan filusuf inilah yang akan dikemukakan dalam bagian ini. a.Rene Descarter Salah satu filusuf yang menaruh perhatian sangat besar terhadap asumsi-asumsi tersebut adalah Rene Descarter yang mengusulkan suatu metode umum yang memiliki kebenaran yang pasti. Dalam karyanya yang termashur, Discourse on Methode, Risalah tentang metode, diajukan enan bagian penting sebagai berikut: Membicarakan masalah ilmu-ilmu yang diawali ddengan menyebutkan akal sehat (common-sense) yang pada umumnya dimiliki semua orang. Menurut Descarter, akal sehat ada yang kurang ada pula yang lebih banyak memilikinya, namun yang terpenting adalah penerapannya dalam aktivitas ilmiah. Menjelaskan kaidah-kaidah pokok tentang metode yang akan dipergunakan dalam aktivitas ilmiah. Bagi Descarter sesuatu yang dikerjakan satu orang lebih sempurna dari pada yang dikerjakan oleh sekelompok orang secara patungans Descarter mengajukan empat langkah atau aturan yang dapat mendukung metode yang dimaksud sebagai berikut: Pertama, janganlah menerima baik apa saja sebagai benar, jika anda tidak mempunyai pengetahuan yang jelas mengenai kebenarannya. Artinya, dengan cermat hindari kesimpulan-kesimpulan dan prakonsepsi yang terburu-buru, dan janganlah memasukkan apapun ke dalam pertimbagan anda lebih dapada yang terpapar dengan begitu jelas, sehingga tidak perlu diragukan lagi. Kedua, pecahkanlah tiap kesilitan anda menjadi sebanyak mungkin bagian dan sebanyak yang dapat dilakukan untuk mempermudah penyelesaiannya secara lebih baik. Ketiga, arahkan pemikiran anda secara tertip. Mulai dari objek yang paling sederhana dan paling mudah diketahui, lalu meningkat sedikit demi sedikit, setahap demi setahap, ke pengetahuan yang paling kompleks, dan dengan mengandaikan sesuatu urutan bahkan diantara objek yang sebelum itu tidak mempunyai ketertiban kodrati. Keempat, buatlah penomoran untuk seluruh permasalahan selengkap mungkin, dan tinjauan ulang secara menyeluruh sehingga anda dapat merasa pasti tidak sesuatu pun yang ketinggalan. Menyebutkan beberapa kaidah yang menjadi landasan bagi penerapan sebagai berikut: Mematuhi undang-undang dan adat istiadat negeri, sambil berpegang pada agam yang diajarkan sejak masa kanak-kanak Bertindak tegas dan mantap, baik pendapat yang paling meyakinkan maupun yang paling meragukan Berusaha lebih mengubah diri sendiri daripada merombak tatanan dunia Menegaskan pengabdian pada kebenaran yang acapkali terkecoh oleh indera. Kita memang dapat membayangkan diri kita tidak bertumbuh, namun kita tidak dapat membayangkan diri kita tidak berinteraksi. Menegaskan perihal dualisme dalam diri manusia, yang terdiri atas dua substansi, yaitu rescogitans (jiwa bernalar) dan res extensa (jasmani yang meluas). Dua jenis pengetahuan yaitu pengetahuan spekulatif dan pengetahuan praktis. Pengetahuan praktis terkait dengan objek-objek konkret seperti: api, air, udara, planet, dan lain-lain sedang pengetahuan spekulatif menyankut hal-hal yang bersifat filosof.6 b.Alfret Jules Ayer Pemikiran ayer yang termuat dalam bukunya yang berjudul Language, Truth and Logic tersebut. Ajaran yang terpenting yang terkait dengan masalah metodologis adalah prinsip Verivikasi. Pada mulanya perbincangan mengenai prinsip Verifikasi ini mengacu pada metode ilmiah yang diterapkan dalam bidng fisika modern, atau kritik terhadap metode fisika klasik Isaac Newton. Teori “Relativitas” Einstein yang termasyhur itu telah memperlihatkan secara jelas bahwa “konsep ruang dan waktu yang absolute” dari fisika klasik yang diajukan oleh Newton, hanya bermakna manakala seseorang dapat merinci apakah pelaksanaan terhadap percobaan yang dilakukan itu dapat ditasdikan. Kritik dan saran yang dilancarkan Einstein terhadap konsep Newton mengenai “Ruang dan Waktu yang bersifat absolute” itu telah mengilhami tokoh positivisme Logik, seperti Moritz Schlick dan Rudolf Carnapp yang pada dasarnya mempunyai latar belakang pendidikan sains yang cukup kuat. Kemmudian meereka menerapakan prinsip verivikasi yang semula dipergunakan dalam bidang fisika itu ke dalam teknis analisis bahasa. Cara yang demikian itu membawa perubahan yang cukup besar terhadap tolak ukur untuk menentukan bermakna atau tidaknya suatu pernyataan. Sebab bagi positivisme logic “sesuatu yang tidak dapat diukur(ditasdikan) itu tidak proposisi tergantung apakah kita dapat melakukan verivikasi terhadap proposisi yang bersangkutan7 c.Karl Raimun Popper Popper seorang filusuf kontemporer yang melihat kelemahan dalam prinsip Verifikasi berupa pembenaran (justivikacation) terhadap teori yang telah ada. Ia mengajukan prinsip falsifikasi yang dapat diurai sebagai berikut: Pertama, pooper menolak anggapan umum bahwa suatu terori dirumuskan dan dapat di buktikan kebenarannya melalaui prinsip verifikasi, sebagai mana yang dianut oleh kaum positifistik. Toeri- teori ilmiah selalu besifat hopotesis (duganan sementara), tak ada kebenaran terakhir. Setiap teori selalu terbuka untuk digantikan oleh teori yang lebih tepat. Kedua, cara kerja metode induksi yang secara sistematis dimulai dari pengamatan (observasi) secara teliti gejala yang sedang diselidiki. Pengamatan yang berulang – ulang itu akan memperlihatkan adanya ciri–ciri umum yang dirumuskan menjadi hopotesa. Selajutnya hipotesa itu dikukuhkan degan cara menemukan bukti-bukti empiris yang dapat mendukungnya. Hipotesa yang berhasil dibenarkan (jutifikasi) akan berubah menjadi hokum. Pooper menolak cara kerja di atas, terutama pada asas verifiabilitas, bahwa sebuah pernyataan itu dapat dibenarkan berdasarkan bukti–bukti pengamatan empiris. Ketiga, pooper menawarkan pemecahan baru dengan mengajukan prinsip falsifiabilitas, yaitu bahwa sebuah pernyataan dapat dibuktikan kesalahannya, maksudnya, sebuah hipotesa, hokum ataukah teori kebenarannya hanya bersifat sementara, sejauh elum ditemukan kesalahan-kesalahan yang ada di dalamnya. Jika ada pernyataan “semua angsa itu berbulu putih”, melalui prinsip falsfiiabilitas itu cukup ditemukan seekor ngsa yang berbulu selain putih (entah itam, kuning, hijau dan lain-lain), maka runtuhlah pernyataan semula. Bagi popper, ilmu pengetahuan dapat berkembang maju manakala suatu hipotesa telah dibuktikan salah, sehingga dapat digantikan dengan hipotesa baru. Namun ada kemungkinan lain, yaitu hanya salah sayu unsure hipotesayang dibuktikan salah untuk digantikan dengan unsur baru yang lain, sehingga hipotesa telah disempurnakan. Menurut Popper, apabila suatu hipotesa dapat bertahan melawan segala usaha penyangkalan, maka hipotesa tersebut semakin diperkokoh8 BAB III PENUTUP Kesimpulan Epistemologi atau teori pengetahuan adalah cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, pengandaian-pengandaian dan dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki. Dan dalam epistemology ilmu pengetahuan Prespektif Barat Metodologi merupakan bagian epistimologi yang mengkaji perihal urutan langkah-langkah yang ditempuh supaya pengetahuan yang diperoleh memenuhi cirri-ciri ilmiah. Metodologi juga dapat dipandang sebagai bagian dari logika yang mengkaji kaidah penalaran yang tepat. Daftar Pustaka Jujun S. Suriasuantrim Filsafah Ilmu, Sebuah Pengembangan Populasi. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta 1998 Ahmad Tafsir Filsafat Umum, Bandung, 1990 Mustansir Rijal, Filsafat Ilmu, pustaka pelajar, yokyakarta 2001 Sudarto, metodologi penelitian filsafat. PT Raja Grafindo, Jakarta 1996

2 komentar:

Jangan Lupa Beri Komentar yahcc...!!! Terima kasih atas Kunjungannya,, :-)

 
Design Downloaded from Free Website Templates Download | Free Textures | Web Design Resources